Cara cepat belajar bahasa Arab (nahwu Sharaf lughat) yang dikeluarkan oleh KH Muharrar Chudlori Ahmad dari Pondok Pesantren AlMubarok Al-arbain terinspirasi dari Virus Corrona. Dimana saat itu, ada pembatasan - santri kiai tidak boleh bertemu tatap muka. Sehingga lahirlah pesantren berbasis teknologi.
Abah Kiyai Muharror merevolusi pembeajaran, dari papan tulis triplek dan kayu menjadi layar TV Digital 100 Inch- seharga Rp 58Jutaan.
Diantara inspirasi yang didapat oleh kiyai Muharror berupa dawuh dari Gus Sholahudin Peta Tulunggangung (Putra dari KH Abdul Jalil) "Puasa 40 hari, kaya, kalau tidak tirakat 40 Hari maka miskin," Dawuh tersebut diterjemah oleh beliau menjadi Ngaji 40 Hari tanpa henti. Sebagai percepatan Ngaji di pesantren belajar Nahwu Sharaf butuh 3 tahun.
Metode ini meringkas metode lama ( Belajar Kitab Jurumiah 1 tahun, Imrithi satu tahun, Alfiah 1 tahun) diringkas dalam satu halaman dan diuraikan menjadi 40 halaman kitab yang diajarkan dalam 40 hari tuntas.
Santri dan Abah kiyai belajar secara livestreaming, mempertanggung jawabkan keilmuannya, penulis kitab bisa di WA Call / ditelepon. Dan cara-cara beliau mengajar dengan modelling gurunya :
1. Mengajar dengan Baju putih
2. Menggunakan pointer.
Semua santri dipanggil Abah yai dengan sebutan Gus untuk santri putra, dan Ning untuk santri putri. Ini merupakan sebuah penghormatan yang istimewa dari Guru kepada SantriNya.
Yang saya ingat : beliau menyampaikan Bahwa Karya Tulis itu pembaharuan. Kalau sudah ada - buat apa ditulis ulang? Di sini beliau menjelaskan juga terkait karya tulis KH Imadudin tentang nasab habib yang terputus, bahwa karya tulis KH Imad, bukanlah karya tulis karena beliau hanya mengumpulkan dari kitab-kitab yang sudah ada.
Terkait ilmu itu ada 2 :
1. Dhohir
2. Bathin
Mau belajar Bahasa Arab di Semarang?